Ada kelemahan di cara tersebut, yaitu:
1. Kadang yang meronda merasa segan, malas dll. dalam menagih denda langsung, akhirnya ngak di apa-apain.
2. Alangkah lebih baiknya uang denda digunakan untuk hal sosial lain di ke RT an nantinya (tidak untuk yang meronda).
Kenapa harus ditagih oleh hansip?
Karena Hansip punya kekuatan lebih untuk hal tersebut (walau pada kenyataannya hansip sudah di tiadakan, baca disini.
Tugas hansip:
1. Mengontrol aktifitas ronda dan mencatat siapa yang tidak hadir.
2. Catatan tersebut selanjutnya di berikan kepada Bapak RT ybs.
3. Bapak RT memberikan data yg ngak hadir ronda kepada petugas penagih uang kas bulanan
4. Penagih akan menagih uangnya kepada warga yg ngak hadir tsb bersamaan / pada saat menagih uang kas wajib bulanan Rp.2000,-
5. Besar denda yang tidak hadir ronda adalah Rp. 5.000,- per sekali tidak hadir ronda.
Manfaat:
1. Menjadi salah-satu sumber pendapatan untuk uang kas ke-RT an
2. uang kas ke-RT an akan digunakan untuk keperluan sosial di RT ybs. jadi Jika ada apa-apa, maka Pak RT tidak terlalu kebingungan dalam hal uang.
Pelaksanaan:
1. Hal ini harus di musyawarahkan dulu di RT, RW, Masyarakat.
2. Penagihan denda Rp. 5.000- tersebut dilakukan sebulan sekali bersamaan dengan penagihan uang kas wajib bulanan yang Rp. 2000,-
3. Harus di tegaskan oleh Ketua RT RW ke warga bahwa denda tersebut adalah wajib dibayar.
4. Untuk penagih, diberikan upah sebesar 10% dari total uang yang terkumpul dengan uang kas bulanan (tiap dia nagih).
5. Untuk hansip, diberikan upah sebesar 10% dari total uang denda di bulan tersebut.
6. Harus ada Laporan Bulanan dari pihak RT. berapa uang masuk, uang keluar, dipakai untuk apa saja dll, agar warga percaya dan merasa nyaman.
7. Pengurus RT, RW Harus berani memulai ini, karena warga secara "naluriah" akan ikut di belakang dengan apa yang di program kan RT, RW. (asalkan itu hal positif, pasti didukung warga).
